First Love: Hatsukoi, Cinta Pertama yang Tak Pernah Usai

First Love: Hatsukoi, Cinta Pertama yang Tak Pernah Usai

Ada banyak pepatah, lagu, cerita, bahkan kisah heroik soal cinta pertama. Karena konon cinta pertama tuh yang teramat membekas dan lama hilangnya. Iya gitu? Bisa jadi sih. Se-memorable itu memang cinta pertama.

Apalagi kalau cinta pertamanya bertahun-tahun dan dalam banget. Otomatis bikin gagal move on deh. Belum lagi kalau diwarnai kisah menyentuh lainnya, udah pasti hati dan pikiran bisa terperangkap dalam masa lalu, kayak kisah cinta pertama di drama ini, First Love: Hatsukoi.

Sinopsis First Love: Hatsukoi

Drama: First Love: Hatsukoi
Country: Japan
Episodes: 9
Aired: Nov 24, 2022
Aired On: Thursday
Original Network: Netflix
Duration: 55 min.
Content Rating: 15+ – Teens 15 or older 

Noguchi Yae (Mitsushima Hikari) punya cita-cita menjadi pramugari. Hidupnya yang serbasederhana membuat dirinya harus belajar dan berusaha keras agar bisa masuk SMA negeri unggulan di kotanya. Di SMA itu pula, ia bertemu Namiki Harumichi (Takeru Satoh), pemuda bad boy yang lucu yang akhirnya menjadi kekasih sekaligus cinta pertamanya.

Yae dan Harumichi menjalani masa-masa muda penuh kebahagiaan. Mereka mengukir banyak mimpi dan kenangan sebagai sejoli muda yang dimabuk cinta. Sampai pada waktu mereka harus berhubungan jarak jauh karena Yae meneruskan kuliah di Tokyo dan Harumichi menempuh pendidikan angkatan udara untuk menjadi pilot.

Lama menjalani LDR, Yae dan Harumichi akhirnya punya kesempatan untuk bertemu. Namun, ternyata pertemuan yang mereka lakukan justru menghasilkan kesalahpahaman dan membuat mereka bertengkar. Karena pertengkaran itu, Yae akhirnya mengalami kecelakaan hingga membuat amnesia dan hidupnya menjadi berubah total.

Sekitar 20 tahun setelah pertemuan pertama mereka, Yae dan Harumichi ditakdirkan bertemu lagi. Harumichi yang saat ini bekerja sebagai petugas keamanan di suatu gedung bertemu dengan Yae yang merupakan seorang supir taksi. Sayangnya, kondisi sudah berubah total. Harumichi sudah memiliki kekasih dan sebentar lagi akan menikah. Sementara Yae adalah janda yang sudah memiliki anak berusia remaja. Yae bahkan sama sekali tidak mengenali Harumichi.

Karena Tsuzuru, anak Yae, hubungan Harumichi dan Yae pun terjalin kembali. Mereka semakin sering bertemu dan  berinteraksi hingga memunculkan kembali rasa cinta Harumichi yang sudah ia kubur lama. Pun dengan Yae yang kemudian mengharap perasaan lebih dari Harumichi. Sayangnya, keadaan tidak mendukung. Mereka pun berpisah kembali tanpa Yae tahu bahwa Harumichi yang ia temui saat ini adalah cinta pertamanya.

Harumichi yang dalam lubuk hatinya masih mencintai dan mengharapkan Yae harus dihadapkan pada banyak hal. Hatinya diliputi kebimbangan sekaligus rasa bersalah kepada Yae dan juga mantan tunangannya. Tak mau menyakiti lebih banyak orang Harumichi malah memilih untuk kembali ke pekerjaan lamanya sebagai pilot di luar negeri setelah sembuh dari cederanya. Sementara Yae pun punya keinginan mencoba hal baru termasuk traveling ke negara impiannya.

Cinta Harumichi pada Yae ternyata masih utuh walaupun sudah 20 tahun berlalu. Sementara Yae akhirnya menyadari masa lalunya teramat indah bersama Harumichi. Sayangnya, kini mereka terpisah jarak yang sangat jauh, bahkan Harumichi seakan hilang ditelan bumi. Akankah mereka bertemu kembali? Apakah Yae masih punya kesempatan untuk mengatakan cintanya pada Harumichi?

Review First Love: Hatsukoi

First of all, aku suka banget pas nemu dorama ini mejeng di Netflix bagian depan. Pas pula hari itu hari perdananya tayang. Tanpa buang waktu, akupun nonton maraton karena suka castnya, Takeru Satoh.

Jujurly, di antara sedikit dorama yang pernah aku tonton, ini tuh dorama terbagus sinematografinya. Aku sukaakk. Netflix punya emang ngga pernah salah deh.

Masih tetap mempertahankan tone warna dorama yang rada warm kekuningan dan terkesan jadul, namun dorama ini sudah memberikan angin segar dengan sinematografinya yang apik dan banyak pengambilan gambarnya yang estetik. Gambar-gambar yang diambil dengan drone hingga ikon keindahan suatu tempat benar-benar dipotret dalam drama ini. Nggak ada lagi pergerakan kamera seadanya kayak aku mau SOT (sound on tape) waktu dulu pas masih jadi wartawan.

Nih dorama juga ngemodal banget. Syutingnya sampai Islandia. Awalnya kukira palingan pakai CGI atau setting tempatnya mirip Islandia, tapi ternyata beneran Islandia pas lihat credit tittle-nya.

Well, cerita dorama ini ternyata berdasar lagu Utada Hikaru-First Love, lagu yang populer di tahun 2000an dan menemani hari-hariku zaman kuliah. Jiaahhh ketahuan deh umurnya. Katanya lagu ini juga ada filmnya, hanya saja aku belum nonton filmnya sih.

Karena judulnya First Love dan lagu Utada Hikaru yang mendayu-dayu, kupikir cerita drama ini akan banyak manis-manisnya kayak cinta pertama. Iya sih emang banyak manisnya, tapi sedihnya juga buanyaaakkk. Ada beberapa adegan yang benar-benar bikin aku terhanyut sedih juga.

Selain sinematografinya yang bagus, OST dan scoring drama ini juga bagus. Apalagi beberapa lagunya berbahasa Inggris dan mengingatkanku akan film-film Holywood yang mengambil setting zaman dulu atau klasik.

Alur dorama ini maju mundur. Mengingatkanku sama drakor 2521, mana ceritanya juga tentang cinta pertama. Jadi sebagai penonton, memang harus cermat melihat latar waktu termasuk mengira-ngira di tahun tersebut kedua tokoh utama berusia berapa biar nyambung di cerita gitu.

Kita akan dihadapkan sama masa-masa tahun 90-an akhir dan 2000-an awal. Nostalgia di masa itu yang mana di tahun tersebut Jepang ya udah maju. Hanya saja yang aku sempat heran, tipe mobil taksi di Jepang zaman sekarang kok tampak kayak mobil jadul padahal Jepang kan produsen otomotif yang masif. Awalnya kukira emang pengen di-setting gini doramanya, ternyata pas aku googling emang tipe mobil taksi di Jepang modelnya kayak mobil jadul. Beda banget sama taksi di Indonesia yang mobilnya minimal udah sedan terkini lah.

Dorama ini juga keluar dari stereotype dorama yang biasa ditonton di mana tokoh cewek biasanya digambarkan malu-malu kucing, sedikit bodoh, suka duluan sama laki-laki, dan sering banget ngomong sendiri alias monolog dalam hati sedangkan karakter male lead biasanya digambarkan dingin, tsundere, tapi kalau sudah jatuh cinta jadi bucin banget.

Noguchi Yae (Mitsushima Hikari) diceritakan sebagai supir taksi wanita yang mengalami banyak kepahitan dalam hidup. Di masa kini, Yae adalah seorang ibu tunggal yang harus bekerja serabutan dari kerjaan di pabrik hingga supir taksi karena tidak lulus kuliah. Hubungannya dengan sang anak pun canggung karena Tsuzuru, anaknya, tinggal bersama sang mantan suami dan hanya sesekali bertemu Yae.

Yae muda adalah seorang yang enerjik, cantik, pintar, dan digandrungi oleh lawan jenis di sekolahnya. Sayangnya, ada satu bagian masa lalunya yang mengubah total hidupnya hingga akhirnya karakter Yae 20 tahun kemudian benar-benar berbeda. Nah sayangnya, Yae muda dan tua wajahnya nggak gitu mirip. Yae muda cenderung chubby, tapi Yae tua tulang pipinya terlihat tegas.

Ini pertama kali aku nonton akting Mitsushima Hikari dan sukaaakkk. Wajahnya cantik dan positif vibes banget. Aktingnya juga bagus banget, apalagi kalau udah akting nangis. Yang paling bikin nyesek dan aku sebagai penonton ikutan nangis adalah waktu scene Yae harus pisah sama anaknya karena menyerahkan hak asuh anak sama scene dia makan sendirian di restoran pasta yang sampai tangannya ngederedeg tapi mencoba tetap tersenyum. Ngena banget!

Aku juga suka sama style Yae dewasa, dengan rambut pendek dan baju-bajunya memperlihatkan umurnya yang di situ diceritakan sekitar 30an akhir. Kesannya sederhana tapi manis. Pun dengan make up-nya yang kadang minimalis, khas dorama banget, tapi tetap cantik karena emang wajahnya cantik.

Namiki Harumichi (Takeru Satoh) adalah sosok yang sedang putus asa dengan pekerjaan impiannya. Ia banting setir jadi petugas keamanan gedung karena cedera punggung yang dideritanya saat jadi pilot. Harumichi hidup dalam bayang-bayang rasa salah di masa lalu sehingga masa kininya terkesan hambar, sepi, tapi dipaksakan untuk tetap hidup normal seperti orang-orang pada umumnya.

Harumichi muda adalah sosok yang ceria, bad boy, kocak, slengean, dan punya banyak akal untuk menggaet gebetannya. Harumichi muda mengingatkanku dengan sosok Dilan yang melakukan banyak hal-hal konyol buat menarik perhatian Milea.

Sayangnya, walaupun terlihat cerita klise yang ketemu cinta pertama trus putus sama pacarnya yang sekarang tapi nyesek banget. Sumpah, aku kasihan banget sama Tsunemi, pacar Harumichi yang sekarang. Karena walaupun dia mungkin nggak pernah ada di hati Harumichi tapi dia jadi orang yang mengisi hari-hari Harumichi selama beberapa tahun.

Bayangin aja, udah mau nikah, persiapan dan segala macamnya, eh diputusin gegara pacarnya ketemu lagi sama cinta pertamanya. Di sini aku ngerasa kek Harumichi ini jahat banget walaupun dia juga dihadapkan pada situasi yang sangat sulit karena dibayangi oleh rasa bersalahnya di masa lalu.

Ini adalah kali kedua aku nonton akting Takeru Satoh setelah sebelumnya nonton dia sebagai Tendo Sensei, seorang dokter bedah jantung yang tsundere. Aku suka aktingnya Takeru di sini karena karakternya juga beda. Di sini dia jadi pilot. Hanya saja kayaknya di drama ini Takeru jadi kurus banget, kelihatan badannya kecil apalagi kalau pas pakai seragam angkatan udara. Pinggangnya kecil banget kek Bai Jing Ting waktu pakai seragam polisi di You are My Hero. Tulang pipinya juga kelihatan menonjol.

Karena banyak hal udah melebihi ekspektasi sebagaimana layaknya dorama, kukira termasuk juga sama gaya rambut karakternya. Pengennya tuh semua almost perfect termasuk soal style karakternya. Yang bikin aku gemes banget salah satunya adalah sama gaya rambut Harumichi tua, pengen nyisirin gitu. Rambutnya kek habis terkena angin topan trus nggak balik lagi, khas gaya rambut Jejepangan.

Dorama Jepang yang identik dengan gaya rambut jigrak kayak karakter anime atau komik, ternyata masih ada di sini. Contohnya ya rambut Harumichi yang kayak ketiup angin tapi nggak mbalik lagi. Rambutnya deuh lah berasa kayak tahun 2000-an akhir, jamet-jamet gimana. Ini juga terjadi sama gaya rambut adik ipar Harumichi waktu nikah, antimainstream banget.

Tapi aku salut sih lihat karakter Harumichi muda dan tua karena mirip. Trus kru drama juga detail karena Harumichi muda juga udah ada tahi lalatnya di bawah mata yang mana kalau nggak salah itu tahi lalat asli Takeru.

Yang beda pada Harumichi muda dan tua adalah warna kulit, postur tubuhnya, dan model rambut. Harumichi muda berkulit terang, badannya juga pas, dan model rambut layaknya anak muda pada zaman itu sampai mau mengorbankan rambutnya dibotakin karena ceritanya masuk angkatan udara. Sementara Harumichi tua kulitnya lebih gelap, posturnya lebih kurus, dan model rambutnya jigrak kek ketiup angin, wkwk.

Tapi tokoh yang paling beda alias nggak mirip perubahannya tuh Yu alias adiknya Harumichi. Wajah pas dewasanya kenapa jadi cantik banget dan ada blasterannya gitu. Vibe-nya kayak Kate Winslet. Beda banget sama cast pas waktu kecilnya yang berkulit gelap dan nggak ada blasteran-blasterannya.

Trus aku juga suka banget ketika drama ini sedikit memberi ruang untuk kaum difabel dan membawa penonton untuk mengenal bahasa isyarat. I love the way Harumichi tampil sebagai kakak yang urakan tapi ketika ada yang gangguin adiknya, dia yang paling pertama maju. Aku suka banget hubungan persaudaraan mereka, kayak sibling goals aja gitu.

Selain cerita, sinematografi, scoring musik, dan akting pemainnya, aku juga suka banget endingnya. Endingnya manis banget walaupun hanya di sekitar 5 menit akhir kita akan dibawa melihat sesuatu yang sweet itu. Dan Takeru tuh selalu nggak pernah gagal deh kalau ciuman atau memerankan sosok lelaki bucin. Meleleh deh ah lihatnya.

Sayangnya, ada beberapa adegan yang aku rasa nggak perlu-perlu amat lah. Kayak adegan Harumichi ke klub trus making love sama random cewek tuh asli deh nggak guna banget. Mana kalau dorama Jepang tuh kurang bisa mengemas adegan intim. Yang ada malah kayak film bokep, puting susu di mana-mana. Dan karena drama ini kan vibe-nya romantis sedikit ada sedih-sedihnya, adegan ini tuh ngerusak momen banget deh, aslik! Selain itu juga polusi mata.

But, so far aku suka banget sama keseluruhan ceritanya. Jarang banget soale ada dorama yang ceritanya bagus, endingnya pas, akting pemainnya oke, dan musiknya enak didengar. Dorama ini tuh diibaratkan paket komplit walaupun masih ada beberapa plot hole di dalamnya. Tapi masih dimaafkan lah.

Selamat menonton dan mengingat cinta pertama kalian!

0 Comments
Previous Post
Next Post