Assalamualaikum Calon Imam 2, Masihkah Jadi Drama Religi?

Assalamualaikum Calon Imam 2, Masihkah Jadi Drama Religi?

Tiap rumah tangga pastilah ada drama-dramanya. Berantem dalam pernikahan juga katanya jadi bumbu-bumbu yang bisa merekatkan hubungan suami istri. Iya sih betul, asal dramanya jangan drama-drama banget kayak pasutri artis yang katanya diterpa isu KDRT, lapor polisi, sampai akhirnya malah bersatu kembali dah kayak dongeng happily ever after. Padahal mah laporannya udah diproses dan bukti-buktinya udah sejelas itu.

Dahlah gedek w kalau ngomongin masalah itu.

Tapi yang namanya rumah tangga emang kudu banget lancar dalam hal berkomunikasi. Salah satu hal yang bikin rumah tangga adem ayem ya emang gimana cara dan membina komunikasi yang baik. Setinggi pendidikan atau sealim apapun pasanganmu kalau tidak bisa berkomunikasi dengan baik ya jadinya nol besar atau malah red flag. Kayak di drama yang satu ini, Assalamualaikum Calon Imam season 2.

Sinopsis Assalamualaikum Calon Imam 2

Judul: Assalamualaikum Calon Imam 2
Genre: Drama Roman
Pembuat: Viu
Didasarkan dari: Assalamualaikum Calon Imam oleh Ima Madaniah
Pengarang: Evelyn Afnilia, Alii Farighi
Sutradara: Indra Gunawan
Pemeran: Miller Khan,  Mentari de Marelle, Kezia Aletheia,: Rizky Alatas
Negara asal Indonesia
Bahasa asli: Bahasa Indonesia
Musim: 2
Jumlah episode: 10  

Setelah menikah selama 4 tahun, kehidupan Fisya dan Alif pun banyak berubah. Fisya sibuk dengan tugas akhir S2-nya dan juga kehidupannya sebagai ibu rumah tangga dengan 1 anak, Fatih. Sementara Alif sibuk sebagai dokter bedah jantung di sebuah rumah sakit ternama.

Layaknya sebuah rumah tangga, selalu ada ujian di dalamnya. Dari ujian sakit, rezeki materi, hingga orang ketiga. Fisya yang jadi ibu rumah tangga merasa insecure karena sehari-hari hanya di rumah. Sementara Alif semakin sibuk karena jadwal praktik dan operasi yang semakin padat. Hal ini membuat komunikasi di antara mereka pun semakin renggang dan memicu banyak kesalahpahaman.

Sementara itu di sisi lain, Salsya tengah berkubang dalam duka. Ia didera kesedihan bertubi-tubi, diceraikan Jidan, kehilangan anak yang dikandungnya, serta harus keluar dari pekerjaannya karena konflik dengan sang atasan. Setelah menjadi janda, ia pun bertemu dengan banyak lelaki yang membuat hatinya galau, 2 di antaranya adalah Dewo yang bekerja sebagai tukang kebun di rumahnya dan dr. Chandra yang merupakan dokter baru di RS tempat Alif bekerja.

Setiap tokoh memiliki kegundahan hatinya masing-masing. Dapatkah mereka semua menyelesaikannya dengan damai? Bisakah Fisya dan Alif terus melanjutkan pernikahan mereka? Lalu akankah Salsya menemukan tambatan hatinya kembali setelah tersakiti teramat dalam?

Review Assalamualaikum Calon Imam Season 2

Jarang banget aku nonton series Indonesia trus niat buat nulisnya. Selain ceritanya masih yagitudeh, tulisannya bakal jadi panjang karena terlalu buanyak yang kudu ditulis, dimaki, dikoreksi, dan diperbaiki. Dibanding sama Korea atau China, series Indonesia masih jauh kualitasnya dalam banyak hal.

Btw, sebelum nonton Assalamualaikum Calon Imam season 2 (ACI 2), aku udah nonton film, season 1, dan baca buku plus wattpad-nya. Terniat sih ini, tapi ya biar punya pisau analisis lebih banyak lagi sih.

Bagiku, season 1 sebenarnya udah cukup. Udah sampai situ aja, cerita udah bagus walaupun banyak yang masih tumpang tindih. Sesuai sama buku dan juga filmnya. Tapi dengan adanya season 2 ini kesannya jadi cerita dipanjang-panjangin, konflik diada-adain, sampai pemain ditambah-tambahin. Mungkin karena yang season 1 laris manis kali ya jadi aja ditambahin sekuelnya.

Sayangnya, menurutku sekuelnya nggak lebih bagus dari season 1. Popularitasnya juga kalah dari series sebelah (Wedding Agreement) yang tayang di waktu yang bersamaan.

Okelah kita bedah satu-persatu ya.

1. Cerita Tidak Fokus

Terlalu banyak masalah dan konflik yang ada di series jadi bikin cerita malah nggak fokus. Kalau mau ada banyak konflik, bisa ditaruh di tiap episode lalu selesaikan juga di episode itu. Kayak di drakor Extraorinary Attorney Woo atau Hospital Playlist lah. Kemudian nyambung lagi masalah baru yang bisa jadi masih ada kaitannya dengan masalah sebelumnya. Jadi lebih enak ditontonnya, nggak numpuk, dan malah diselesaikan buru-buru di belakangnya.

Kalau ini nggak. Masalah rumah tangga Fisya-Alif ada ada banyak dan beranak-pinak. Dari masalah Fisya dan Fatih yang sakit sampai trust issue Alif soal hubungan percintaan dan kerja. Ini baru masalah Fisya-Alif aja lho. Belum lagi masalah Salsya yang nggak kalah beratnya dan makan screentime yang lumayan banyak juga. Trus ditambah lagi masalahnya Rachel-Jiad.

Saking banyaknya konflik, jadi bingung dan malah masing-masing konflik jadi nggak dalam serta penyelesaiannya yang jadi nggak jelas. Sayang aja gitu.

Trus konflik orang ketiga dalam rumah tangga tuh biasa banget. Apalagi orang ketiga yang timbul karena kesalahpahaman ya, bukan yang nyata-nyata orang ketiga. Ini biasaaa banget dan basi. Padahal kalau dilihat dari ending buku, film, dan season 1, cinta Fisya dan Alif ini kuat banget karena kan memang sebelumnya genrenya adalah religi. Jadi ya cinta yang kuat atas nama Allah, eehhh tapi kok tergoyahkan karena miss-komunikasi.

2. Karakter yang toxic

Aku kira aku akan lihat perkembangan karakter yang baik dari masing-masing tokoh khususnya tokoh utama. Tapi nyatanya nggak. Kesel juga liatnya.

Fisya yang sudah jadi ibu dan punya anak ternyata masih ngambekan dan nggak komunikatif. Dia serba memendam apa-apa sendiri padahal suaminya tipikal yang sangat bisa diajak diskusi dan ngobrol. Dan sayangnya dia begini cuma ke suaminya.

Ke kakak atau ke temannya, Fisya ini blak-blakan banget. Tapi ke suaminya kayak nggak bisa ngomong apa-apa. Geregetan deh jadinya. Udah gitu omongan suaminya yang nyata-nyata jujur nggak dipercaya, giliran hasutan orang yang terkenal culas ditelan mentah-mentah. Jadi bingung ini konsep berpikirnya Fisya tuh gimana.

Fisya ini tipikal yang ada masalah bukannya diobrolin tapi malah dipendam, suaminya diambekin, trus kabur. Hiihh, kesel juga kalau ada perempuan kayak gini. Udah tahu juga suaminya waktu bersama keluarganya dikit, bukannya ngobrolin banyak hal malah apa-apa dipendam. Karakter kayak gini tuh so old banget. Nggak cocok sama Fisya yang muda, modern, ceria, dan berpendidikan tinggi.

Udah gitu ya, di series kan ceritanya Fisya ini lagi sekolah S2 tapi ya cuma diceritain di awal-awal aja pas dia sering bikin minuman herbal sama Rachel. Kesininya nggak ada tuh diceritain lagi si Fisya lagi kuliah atau ngerjain tugas. Benar-benar hilang tuh cerita sekolah S2 dari karakter Fisya.

Alif nih sebenarnya juga sama aja. Kalau ada masalah nggak dipendam sih, tapi ditunda buat diobrolin yang akhirnya bikin bom waktu di keluarga.

Trus untuk ukuran orang yang santun, berpendidikan tinggi, dan agamis, pas adegan mau baku hantam sama dr Surya, karakternya jadi beda banget asli. Aku ngeliatnya malah Miller Khan yang biasanya urakan, bukan Alif yang jadi tokoh utama series ini. Apalagi kata-kata yang keluar jadi ´gue-elo´. Sungguh karakter yang bukan dr Alif banget kalau dirunut dari buku, film, atau season sebelumnya.

Well, Miller Khan ini adalah satu-satunya cast yang bertahan dari film hingga season 2 ini. Tapi sayangnya, di season 2 ini aku ngelihat kharismanya turun banget. Entah karena dia yang semakin tua atau badannya yang kelihatan gemuk kayak bapak-bapak banget di sini. Entahlah. Padahal di film dan season 1, kharismanya masih tumpah-tumpah.

Trus yang paling mengganjal adalah logat Melayu atau Malaysia-nya yang masih kental terasa. Padahal doi udah belasan tahun di Indonesia tapi logatnya masih terdengar jelas. Beda kalau dengar alm. Ashraf Sinclair dulu ngomong. Mungkin karena basicnya Ashraf sering dan lancar Bahasa Inggris kali ya, jadi logat Melayunya ketutup sama English-nya. Kalau Miller ini nggak. Dari zaman film Cintapucino sampai sekarang, logatnya masih kentara banget. Nah, ini tuh kadang jadi bikin artikulasinya jadi nggak jelas.

Karakter yang paling parah si Salsya ya menurutku. Karakternya nggak ada dewasa-dewasanya banget. Iya sih dia habis cerai dan keguguran, tapi ini mah tersinggungan parah. Ada orang ngomong apa, dia dikit-dikit tersinggung. Sama aja kayak Fisya, Salsya ini juga kaburan banget. Jadi emang nih kakak adek demen kabur-kaburan tabiatnya.

Yang aku nggak sreg juga, kenapa Salsya jadi tinggal serumah sama Fisya? Kalau aku jadi Fisya, emang dia nggak takut apa suaminya oleng ke Salsya? Janda muda dan cantik. Alih-alih sama dr Sarah, Salsya justru bisa jadi godaan terberat Alif. Ini serumah lho dan Salsya bisa aja keliaran di dalam rumah nggak pakai jilbab. Kalau pas Alif lewat trus kepincut gimana?

Fisya capek-capek curiga sama teman-temannya Alif tapi kakaknya yang notabene bukan muhrimnya Alif dan bisa aja bikin Alif jatuh cinta malah diantepin bae tinggal di rumahnya berbulan-bulan. Padahal Salsya juga punya rumah kosong yang bisa ditempati sendiri.

3. Karakter baru tidak begitu membantu

Ada beberapa karakter baru di season 2 ini. Ada Dewo, dr Chandra, dr Sarah, dan dr Surya. Banyak karakter lama yang menghilang kayak Jidan, Umi, Abi, dan Kahfa-Nayla yang hanya sesekali diperlihatkan. Karakter baru ini diadakan ya apalagi kalau buat melengkapi konflik baru. Tapi buatku malah jadi apa ya, kayak diada-adain gitu.

Kayak Dewo ini karakternya abu-abu banget. Maunya dia itu apa? Penyelesaian karakter dan plot dia sama Salsya juga kentang banget. Di ending, karakter ini sama sekali nggak ada screen time-nya alias malah kek menghilang. Jadi aneh aja gitu setelah apa yang dilakukannya ke Salsya tapi karakternya malah makin abu-abu.

Dokter Chandra juga dihadirkan buat melengkapi konflik dengan Salsya. Tapi kadang karakternya nggak guna banget. Apalagi di awal-awal, dia kayak jadi badut aja di antara banyak karakter yang serius di sini. Ending hubungan percintaan dr Chandra pun juga nggak jelas. Jadi untuk apa karakternya hadir? Biar terjadi cinta segitiga kah antara Dewo-Salsya-dr Chandra?

Dokter Sarah pun juga gitu, karakternya juga nggak guna-guna amat. Apalagi konflik yang ada di dr Sarah ini klise banget deh, orang ketiga dengan tema besar office romance affair. Sayang banget karakter cantik dan berpendidikan kayak dr Sarah ditempatkan di konflik orang ketiga, udah gitu mana cuma salah paham-salah paham doank lagi.

4. Penyelesaian yang serba terburu-buru

Karena saking banyaknya konflik, jadi kalau dilihat penyelesaiannya numpuk di episode-episode terakhir.

Buat konflik di seputaran Salsya, menurutku nggak solved-solved amat sih. Aku kira Salsya akan berakhir dengan salah seorang dari beberapa pria yang dekat dengannya atau menemukan pendamping hidup baru atau ya punya sudut pandang lain soal jodoh. Nyatanya ya nggak. Karakternya tetap gitu aja dan kisah cintanya dibiarkan menggantung.

Kisah Alif-Fisya juga diselesaikan secara ngebut di episode-episode terakhir. Terlihat banget perubahan karakter Fisya yang tadinya nggak dewasa jadi problem solver dan pahlawan buat suaminya. Aku ngeliatnya kek yang dragging banget.

Tapi aku kesel juga sih part yang dia kabur dari rumah gegara masalah di kandungannya. Apa susahnya sih ngomong aja terus terang sama suaminya? Padahal suaminya dokter lho, kan secara logika dia punya akses kesehatan yang satu langkah lebih maju dibandingkan orang awam. Kalopun ngomong ke suaminya, yaqueen banget deh pasti dicariin pengobatan yang mumpuni kalau dilihat dari karakter suaminya. Yakali istrinya sakit malah dimarahin, kan nggak mungkin.

Trus setahu aku ya dari wattpad, novel, film, bahkan season 1-nya, ACI ini terkenal dengan genre religinya. Tapi di season 2 ini hampir hilang bau-bau religinya. Vibes religi-nya kelihatan hanya karena karakter-karakternya pakai pakaian Islami, khususnya yang perempuan beberapa pakai hijab. Selain itu, nope.

Bahkan sosok Alif yang aslinya diceritain religius banget, cuma beberapa kali diperlihatkan salat atau salat berjamaah. Hanya di episode akhir, baru deh dilihatin dia ke masjid, salat berjamaah, dan baca Quran. Itu pun sesudah ada masalah di kantornya yang mana masalahnya penyelesaiannya gitu amat. Yakaleee RS besar dengan orang-orang yang berpendidikan, ada kasus pelecehan tanpa diusut tuntas main pecat saat itu juga aja gegara cuma omongan sepihak. Dahlah kalau soal cerita dan part yang ini sungguh bhayyyy.

Jadi kalau kamu pengen merasakan vibes series religi dari ACI 2 ini, jangan berharap terlalu banyak karena menurutku season 2 ini sudah kayak webseries biasa. Unsur religinya sudah berkurang drastis.

Sebenarnya sih menurutku, 1 season aja udah cukup kok karena endingnya kan emang udah bahagia. Nggak usah dilanjutin season selanjutnya dengan cerita yang jadi makin aneh dan konflik yang diada-adain. Jangan hanya karena season 1 laris manis, trus bikin sekuelnya. Banyak drama bagus yang pada akhirnya flop di season selanjutnya karena emang plot dan alur nggak sekuat season pertama, ACI 2 ini salah satunya.

Tapi di antara banyak kekurangannya itu, aku juga ingin memuji beberapa hal di drama ini yang kuanggap sebagai kemajuan dalam dunia series dan drama di Indonesia, yaitu:

1. Setting tempat yang niat

Sinetron TV swasta kudu lihat gimana ini drama emang benar-benar bersetting di RS besar meskipun kehidupan dunia kedokterannya sangat sedikit dibahas. Para sineas itu harus lihat kalau setting RS ya yang kayak gini, bukan gedung atau ruangan kosong yang di-set ala-ala RS. Sebagai penonton drama medis yang suka terkagum-kagum bukan hanya sama cerita tetapi juga setting-nya, aku patut acungi jempol sih buat drama ini.

Latar RS besar dan mewah dengan gedungnya, ruang-ruangannya yang modern, poliklinik di RS masa kini, vibes rumah sakit sudah mewakili banget. Ditambah ada pengambilan gambar RS dengan drone, terniat sih ini untuk masalah setting tempatnya. Mana yang jadi tempat syutingnya juga dipilih RS yang bagus dan kids friendly karena ada playground-nya. Terniat!

2. Konsistensi di beberapa hal

Jarak antara season 1 dan 2 tuh sekitar 4 tahunan, tapi beberapa setting masih tetap sama seperti yang sebelumnya. Kayak setting rumah Alif dan rumah lama Fisya yang masih tetap kayak yang dulu alias nggak berubah. Salut sih masih tetap dipertahankan, padahal kan bisa saja berubah dan dibikin cerita pindahan atau rumahnya dijual atau apa kek.

3. Wardrobe yang walaupun tidak stylish amat tapi tetap enak dipandang

Wardrobe khususnya di karakter perempuan itu sekarang jadi poin penting penglihatanku kalau nonton drama. Mengingat kalau nonton drachin, aku suka sebel sama wardrobe-nya yang diulang-ulang muluk sampai bosan. Sampai-sampai aku mbatin, ini team artistik atau wardrobe-nya nggak ada budget buat sewa baju atau nggak tembus ke sponsor baju atau pegimana sik. Meanwhile aku kalau nonton drakor, semiskin apapun karakternya, nggak ada pengulangan baju.

Nah, di series ini untungnya masalah wardrobe nggak ada yang bikin sakit mata. Meskipun aku rada kurang suka sama style pake jilbabnya Rachel dan kadang gaya jilbabnya Fisya yang entah kenapa suka kelihatan ibu-ibu banget, tapi aku tetap acungi jempol karena nggak ada pengulangan kostum yang ekstrem banget kayak di drachin trus jilbab sama bajunya masih matching kok. Hanya saja, sebagai istri orang kaya, gaya berpakaian Fisya ini sederhana banget. Tapi no problemo sih, mungkin emang diceritain karakternya emang sederhana.

Buat yang penasaran sama gimana kisah keluarga Alif dan Fisya, bisa tonton series ini. Tapi kalian please banget jangan berekspektasi tinggi akan alurnya ya daripada ntar pas nonton misuh-misuh mulu. Oya, setelah nonton coba kasih tahu aku apakah ini series masih bisa dikategorikan drama religi atau bukan?

0 Comments
Previous Post
Next Post