The Red Sleeve, ketika Menjadi Wanita Istana Tak Selamanya Bahagia

The Red Sleeve, ketika Menjadi Wanita Istana Tak Selamanya Bahagia

Pernah nonton film Kartini yang dibintangi Dian Sastro nggak? Part paling menyesakkan menurut kalian yang mana? Kalau menurutku pas Kartini akhirnya dijadikan istri keempat oleh Bupati Rembang. Rasanya nyesek banget. Lha gimana, dari awal beliau yang menggalakkan emansipasi, punya pandangan lain yang mana adalah kontra soal poligami, mendukung pendidikan bagi perempuan, eh akhirnya harus menyerah pada adat dan kebiasaan bangsawan pada masanya yaitu jadi istri ke sekian.

Rasanya ya nyesek aja gitu. Apa yang diperjuangkannya saat itu malah nggak bisa berdampak ke dirinya sendiri. Untungnya sekarang perjuangan Kartini jadi nyata. Aku, kamu, kalian para perempuan Indonesia bisa mengaktualisasikan diri, teredukasi, bebas bersuara dan berpendapat, hingga menjalani berbagai profesi salah satunya ya karena perjuangan RA. Kartini.

Kartini adalah lambang emansipasi. Tapi dari Kartini pula kita bisa lihat bahwa pada zaman dahulu perempuan walaupun dia berasal dari kalangan bangsawan, anak pejabat bahkan, nggak bisa ´melawan´ adat saat itu dan harus menyerah menjadi istri ke sekian seperti halnya ibunya. Ini tuh semacam membuktikan kalau zaman dulu (atau mungkin sekarang juga masih ada?) hidup di istana, sebagai bangsawan, atau di dalam keluarga kaya pun nggak menjamin perempuan jadi bahagia. Kayak Drama Korea yang satu ini, The Red Sleeve.

Sinopsis The Red Sleeve

Drama: The Red Sleeve (English title) / The Red Sleeve Cuff (literal title)
Revised romanization: Otsomae Beulgeun Kkeuddong
Hangul: 옷소매 붉은 끝동
Director: Jung Ji-In
Writer: Kang Mi-Kang (novel), Jung Hae-Ri
Network: MBC
Episodes: 17
Release Date: November 12, 2021 – January 1, 2022
Runtime: Friday & Saturday 22:00
Language: Korean
Country: South Korea

Sung Deok Im (Lee Se Young) adalah perempuan yang besar di lingkungan istana. Dari kecil, ia sudah mengabdikan diri sebagai dayang di istana hingga akhirnya setelah dewasa ia didapuk menjadi dayang bagi Putra Mahkota, Yisan (Lee Junho). Deok Im kecil adalah dayang yang menonjol karena ia cerdas, pintar membaca, bercerita, dan menulis di antara para dayang lainnya.

Hidup Yisan dan Deok Im selalu berhubungan. Tanpa mereka ketahui, masa kecil mereka pun beririsan. Beberapa kali Deok Im bahkan menolong Yisan selamat dari hukuman. Saat mereka tumbuh dewasa, meskipun diawali dengan peristiwa berantem ala kucing dan anjing, mereka pun menjadi sebuah teamwork yang saling melindungi satu sama lain.

Sedangkan Yisan tumbuh besar dan digadang-gadangkan menjadi raja selanjutnya oleh sang kakek. Walaupun tumbuh sebagai Putra Mahkota, Yisan memiliki masa kecil yang buruk. Ayahnya, Putra Mahkota Sado, dicap sebagai penjahat karena membunuh banyak dayang dan berakhir dengan dijatuhi hukuman mati oleh ayahnya yang juga kakek Yisan.

Karena bergelar anak penjahat, penobatan Yisan menjadi Putra Mahkota ditentang banyak pihak. Banyak orang yang ingin menjatuhkan dan menggagalkannya, termasuk bibinya sendiri, Putri Hwawan. Namun, berkat dukungan dan perlindungan Deok Im, Yisan pun berhasil menjadi raja. Sedangkan Yisan yang selalu didukung oleh Deok Im bertahun-tahun jatuh cinta pada dayang ini dan ingin menjadikan Deok Im selirnya.

[irp posts=”74″ name=”Before We Get Married, Lika-Liku Cinta sebelum Pernikahan”]

Deok Im yang berjiwa bebas, menolak permintaan Yisan berkali-kali. Ia tak ingin hidup menderita dan tak bisa memiliki Yisan seutuhnya sebagai seorang suami. Namun, karena dibujuk berkali-kali oleh Yisan yang telah bergelar sebagai Raja Jeongjo, Deok Im pun luluh. Ia menjadi selir dengan sebutan Selir Uibin.

Persis seperti yang dibayangkan Deok Im, hidup menjadi selir tak sebahagia yang orang bayangkan. Selain ia harus berbagi suami, ia juga harus merelakan kebebasan dan rencana bersama teman-teman sesama dayangnya. Lalu bagaimana kelanjutan kehidupan Deok Im sebagai selir dan perempuan yang paling dicintai raja? Mampukah Deok Im bertahan hidup sebagai wanita pendamping ke sekian untuk raja?

Review The Red Sleeve

Kalau ada banyak orang yang habis menonton drama ini lalu jadi baper, terjunho-junho, atau teryisan-yisan, maka aku bukan bagian dari mereka. Yang aku tangkap dari drama ini setelah ending adalah kesedihan yang mendalam sebagai seorang wanita. Kesedihan Sung Deok Im yang dalam banget ini, kelihatan di poster dramanya yang aku taruh di featured image atau gambar utama artikel ini.

Ibaratnya tuh di mata Deok Im, secinta atau seberharga apapun Yisan, tetap aja bagai bayangan. Nggak bisa dia miliki seutuhnya layaknya orang biasa. Sad banget.

Sebagai tokoh utama, Deok Im ini digambarkan sebagai perempuan yang cerdas, ceria, mau belajar, pemberani, nggak ambisius pada jabatan, patriotik, simpatik, dan punya empati yang tinggi. Deok Im tuh ibaratnya paket komplit seorang perempuan Joseon deh. Sayang aja dia seorang dayang, yang notabene mungkin pada masa itu kedudukannya nggak tinggi kalau dibandingkan sama pejabat negara atau bangsawan.

Sebagai seseorang yang berjiwa bebas, Deok Im punya banyak keinginan apabila nanti ia sudah tidak jadi menjadi dayang. Kalau banyak mantan dayang keluar istana dan jadi semacam pribadi yang hampa dan nggak berguna, Deok Im malah udah punya banyak rencana sama teman-temannya. Mereka bahkan berencana mau tinggal bareng dan menghabiskan masa tua bersama.

Tapi sayang, keinginan Deok Im ini nggak terwujud karena ia menjadi selir. Menjadi selir berarti ia harus menghabiskan hidupnya di istana. Padahal Deok Im memimpikan kehidupan yang normal. Kalaupun punya pasangan ya yang bisa ia miliki seutuhnya alias satu-satunya.

Sayangnya, cintanya nyangkut di raja dan ndilalah rajanya cinta mati sama dia. Dengan kekuatan raja yang bisa melakukan apapun, Deok Im bisa apa ketika akhirnya ia ´dipaksa´ buat jadi selir?

Dari drama ini aku jadi tahu kehidupan dayang istana tuh berat ya tapi banyak yang mau karena mungkin semacam prestise di masyarakat zaman dulu. Btw, ini drama saeguk ketiga yang pernah aku tonton sepanjang drakoran dan baru ini yang mengupas soal dunia dayang.

Yang aku lihat dari drama ini, dayang kayak nggak ada bedanya sama budak. Budak istana istilahnya. Dia nggak boleh menikah dan bahkan pacaran sama orang lain. Kalau ketahuan hamil, sanksinya mati, coy! Kalau tuannya meninggal, dia harus keluar istana. Udah gitu, Raja bisa kapan aja memilih dayang buat tidur bareng dia atau jadi selirnya.

Lha kalo dayangnya nggak cinta sama rajanya tapi si raja maksa tidur bareng gimana?
Trus kalo ketiban pulung hidup di masa raja yang lalim dan mata keranjang sama dayang gimana?
Kalo rajanya maksa berhubungan seks atau dia punya permintaan yang aneh-aneh gimana?

Duh ngeri banget. Mending ini mah rajanya digambarkan sama sosok Junho yang ganteng, lha kalo fisiknya nggak seganteng Junho dan misal nih ya, misal dia bau badan, mukanya nggak banget, budukan, atau secara fisik luar penyakitan gimana?

Menurut pikiranku, mau kek gimana bentukan rajanya kalau ada dayang yang diajak bermalam bersama Raja sepertinya akan jadi kebanggaan tersendiri bagi mereka kali ya?

Lee Se Young apik sekali memerankan tokoh Sung Deok Im dalam drama ini. Ini kali pertama aku lihat aktingnya tapi aku jatuh cinta. Dia bisa jadi wanita yang cantik, ceria, cerdas, dan lugas saat jadi dayang. Sementara pas jadi selir, dia bisa jadi elegan tapi mukanya menyimpan kesedihan. Bahkan, senyum saat dia jadi dayang dan selir pun berbeda. Begitu pula tatapan matanya.

Sementara itu, Yisan adalah putra mahkota yang akan mewarisi kerajaan dan menggantikan sang kakek. Karena ayahnya dicap ´tidak waras´ dan dijatuhi hukuman mati saat ia kecil, maka otomatis kekuasaan nantinya jatuh ke tangan Yisan.

Walaupun terlihat bersahaja sebagai Putra Mahkota, tapi Yisan sebenarnya adalah sosok yang kesepian. Selain punya pengalaman masa kecil yang buruk, hidupnya juga sudah ditentukan tujuannya yaitu menjadi raja. Dia jadi nggak punya banyak pilihan dalam hidup termasuk urusan jodoh. Beruntungnya, ada Sung Deok Im, dayang Putra Mahkota yang bukan cuma setia menemaninya tetapi juga membela dan mendukungnya sampai menjadi raja.

Dan ternyata Junho pas sekali buat memerankan peran Putra Mahkota dan raja. Aku malah nggak nyangka kalo dia ternyata idol.

Aku inget banget pas drama ini abis prescon dan ada berita kalo Junho bernazar ,mau joged pake baju raja (dragon rope) kalo ratingnya mencapai 15%, banyak yang menyepelekan. Banyak yang bilang akan berat, soalnya selain Junho itu idol (yang konon aktingnya B aja kalo idol), slot tayangnya juga head to head sama Now We´re Breaking Up-nya Song Hye Kyo. Tapi ternyata Junho (dan juga Lee Se Young) bisa membungkam mereka yang meremehkan. Buktinya episode terakhir drama ini mencapai rating 17%.

Ada banyak tokoh abu-abu dalam drama ini. Artinya, nggak ada karakter yang benar-benar jahat. Kayak Hong Deok Ro, guru Putra Mahkota yang katanya orang paling ganteng se-Joseon plus idola dayang, dia nggak jahat tapi ngeselin abis. Punya ambisi besar buat jadi ´orang kuat´ di istana.

Juga Dayang Choi, tadinya kupikir dia baik banget, tapi ternyata juga punya ambisi buat punya kekuasaan di istana makanya dia mengumpulkan dayang buat mengadakan gerakan underground yang illegal.

Jangan berharap bahagia terus kalau nonton saeguk, apalagi drama ini based on true story dan ditambah 1 episode pula. Gambaran kesedihan Deok Im sebagai selir pun jadi kerasa banget. Selir di zaman itu bagaikan perempuan dalam sangkar emas. Prioritas mereka adalah menghasilkan keturunan, apalagi dalam drama ini Ratu nggak bisa punya anak. Kalo nggak bisa punya anak (bisa ataupun nggak) kemungkinannya raja tetap akan nikah lagi. Udah berasa kek breeder.

Makanya Deok Im kan bilang, kalo raja meninggal maka akan jadi peristiwa besar, tapi kalo dia yang meninggal maka akan ada wanita baru. Deok Im sebagai istri, nggak bisa memiliki suaminya seutuhnya dan harus dibagi-bagi. Apalagi dia hanya selir, yang mana prioritas utama pasti Ratu. Kebayang nggak, orang yang kamu cintai harus dibagi dan bercumbu sama orang lain? Menghabiskan malam dengan kesepian sementara kamu tahu suamimu lagi ena-ena sama istri yang lain. Rontok hatiku Mak kalo jadi Deok Im.

Itu kenapa Deok Im kelihatan tertekan banget saat jadi selir. Selain senyum dan air mukanya beda, dia juga nggak pernah bilang cinta sama raja.

Ini juga yang jadi pertanyaanku ¨Sebenarnya Deok Im tuh cinta nggak sih sama Raja?¨

Karena yang aku lihat, dia ke Yisan tuh selain kagum juga lebih ke melindungi. Kalo Yisan ke Deok Im memang terlihat terbucin-bucin.

Anyway, drama yang sempat diremehkan banyak orang ini ternyata sukses besar dan membawa kembali kejayaan MBC khususnya dari drama saeguk. Ada banyak yang bilang kalo drama ini membawa vibes drama saeguk MBC yang memang klasik.

Emang sih, tone ato coloring dramanya warm gitu dan mungkin bagi penonton Korea kerasa klasiknnya. Selain itu, ceritanya pun based on true story, bukan ditambah fantasi kayak zombie atau time travel kayak beberapa drama saeguk. Termasuk kostum, properti, dan dialek, dari yang aku baca dibuat persis kayak eranya saat itu. Karena setting-nya di kerajaan, vibes anggun dan elegannya pun jadi terasa. Bahkan untuk sekadar adegan ciuman atau malam pertama, dikemas menjadi anggun, dramatis, tetapi tetap romantis.

Buat yang pengen nonton atau penyuka drakor genre kerajaan atau saeguk, drama ini direkomendasikan banget buat kalian. Selamat menikmati kisah cinta (yang katanya) Habibie dan Ainun-nya Joseon.

0 Comments
Previous Post
Next Post